Waspada Terhadap Pencurian ‘Identitas Sintetis’ di Era Digital

Waspada Terhadap Pencurian 'Identitas Sintetis' di Era Digital

Pernahkah Anda mendengar tentang identitas sintetis? Istilah ini mulai populer ketika pemerintah Amerika Serikat (AS) menentukan nomor Jaminan Sosial (SSN) secara acak pada tahun 2011 lalu.  

Kebijakan tersebut diambil untuk melindungi data pribadi penduduk. Namun, tanpa disangka, hal sebaliknya justru terjadi. Sistem acak tersebut justru memicu munculnya identitas fiktif yang kemudian disebut dengan istilah “identitas sintetis”. 

Verifikasi sidik jari

Sistem penomoran acak yang diterapkan oleh pemerintah AS nyatanya justru membuat sistem deteksi penipuan kesulitan untuk melacak identitas palsu. Alhasil, pemerintah dan masyarakat pun sama-sama rugi.  

Pemerintah menderita kerugian finansial dan masyarakat tidak bisa mendapatkan haknya. Sebenarnya, bagaimana tipe identitas ini bekerja dan bagaimana cara mencegah pencuriannya? 

Apa Itu Pencurian Identitas Sintetis?

Pencurian identitas sintetis atau perekayasaan identitas merupakan tindak kriminalitas yang menggabungkan informasi asli dengan informasi rekaan untuk menghasilkan sebuah identitas baru.  

Katakanlah 123456789 merupakan sebuah NPWP (Nomor Peserta Wajib Pajak), nomor tersebut kemudian dilekatkan pada suatu identitas fiktif bernama Ana XYZ. Kemudian, saat pelaporan pajak, pemilik asli NPWP akan mendapatkan tagihan pajak yang tidak sesuai dengan kewajibannya. 

Contoh di atas merupakan ilustrasi untuk memudahkan Anda membayangkan tindak pencurian identitas tersebut. Namun, sebenarnya, kejahatan ini cenderung identik dengan sistem penomoran Jaminan Sosial di Amerika Serikat. Oleh karenanya, tindak kriminal ini terkadang juga disebut sebagai pencurian identitas asuransi. 

Dampak Pencurian Identitas

Laporan dari FTC (Federal Trade Commission) menemukan bahwa pencurian identitas merupakan kejahatan yang paling banyak dilaporkan pada tahun 2020. Dari 470.000 laporan yang dibuat oleh masyarakat, 39 persennya berhubungan dengan jaminan sosial dan dokumen pemerintah lainnya. 

Masih dari laporan yang sama, kerugian yang diderita bahkan telah mencapai angka 3,3 miliar USD. Angka tersebut bahkan hampir menyentuh 1,5 miliar USD lebih banyak dibandingkan kerugian pada 2019. 

Sayangnya, banyak korban yang pada akhirnya harus membayar tagihan “salah alamat” tersebut, sebab mereka tidak bisa membuktikan bahwa data yang terlampir tidak sesuai.  Terlebih lagi pada kasus rekayasa identitas terdapat aspek yang memang benar-benar ada. 

Cara Mencegah Terjadinya Pencurian Identitas

Sebenarnya, kejahatan pencurian identitas ini dapat dicegah. Anggaplah hal ini merupakan sebuah investasi bagi Anda. Imbal hasil yang didapat tentu saja adalah keamanan finansial.  

Selain itu, tindak pencegahan ini juga akan membantu Anda mendapatkan bantuan yang tepat jika nanti berhadapan dengan masalah serupa. Berikut adalah beberapa cara yang bisa Anda lakukan untuk mencegah terjadinya pencurian identitas. 

1. Rutin Periksa Mutasi Rekening

Pada kebanyakan kasus pencurian identitas pribadi, korban tidak langsung menyadari kerugian. Sering kali korban baru menyadari saat ada jumlah kerugian yang begitu besar. 

Untuk itu, sebaiknya Anda rutin melakukan pengecekan mutasi rekening. Dari situ Anda bisa memantau dan mengetahui arus keluar-masuknya uang.

Kartu kredit dan HP

Di Amerika Serikat, selain mutasi rekening, masyarakat juga dianjurkan untuk mengecek laporan kredit. Mereka dapat melakukan pengecekan gratis setiap satu tahun sekali. Pemerintah juga menyediakan tiga agen pelaporan yang berbeda.  

Itu artinya, masyarakat bisa melakukan pengecekan setiap empat bulan sekali dari masing-masing agen. Saat menemukan aktivitas yang mencurigakan, mereka dapat langsung menghubungi agen kredit. 

2. Tinjau Pernyataan Tahunan

Seperti yang telah disebutkan, sebenarnya kasus identitas artifisial ini lebih sering ditemukan di Amerika Serikat. Cara kerjanya pun erat kaitannya dengan sistem jaminan sosial negara tersebut. Oleh karenanya, sebagai langkah preventif, masyarakat direkomendasikan untuk meninjau pernyataan jaminan sosial tahunan mereka. 

Ini karena ada kemungkinan bahwa penipu akan memakai identitas sosial untuk mencari pekerjaan. Bisa jadi, laporan pendapatan mereka muncul di laporan mutasi korban penipuan. Jika memang muncul suatu transaksi yang dirasa asing, bisa segera menghubungi bagian administrasi jaminan sosial. 

3. Waspadai Email yang Masuk

Selalu waspada pada email yang masuk ke inbox Anda, terutama jika Anda tidak mengenal pengirimnya, atau saat alamatnya tepat tapi nama yang dituju salah. Sering terjadi, email dari penipu ini bisa lolos dari saringan spam layanan penyedia email.

Pesan elektronik

Email nyasar tersebut bisa menjadi indikator bahwa ada pihak kreditur yang sedang berusaha menghubungi pencuri identitas. Namun, alamat email Anda bercampur dengan informasi palsu yang disusun oleh si pencuri. 

Jika disimpulkan, fenomena identitas artifisial ini merupakan tindak kriminal yang memanfaatkan kombinasi antara informasi asli dengan informasi rekaan. Kombinasi tersebut kemudian menghasilkan suatu identitas baru yang digunakan untuk tindak kejahatan.

Selain menerapkan cara-cara di atas, kejahatan pemalsuan data seperti ini sebenarnya dapat dihindari dengan melakukan proses verifikasi identitas yang menyeluruh, seperti proses verifikasi dengan kriptografi asimetris yang diterapkan oleh Privy. Dengan Privy, Anda bisa memastikan identitas seseorang melalui tanda tangan digital mereka. Lebih praktis dan hemat waktu! 

Tinggalkan Balasan