Mencegah Fraud dengan Teknologi Liveness Detection

Mencegah fraud dengan teknologi liveness detection

Teknologi Liveness Detection merupakan sebuah teknik yang memanfaatkan algoritma cerdas untuk mendeteksi apakah sampel biometrik yang diperiksa berasal dari manusia asli atau justru merupakan benda mati.  

Hal ini sangat berguna dalam kehidupan sehari-hari dan sudah sering ditampilkan dalam karya-karya seni seperti film. 

Dalam film-film aksi, sering ditampilkan cara untuk menembus keamanan yang dilengkapi dengan sistem biometrik, misalnya dengan menggunakan lensa kontak yang telah didesain agar menyerupai tampilan iris mata asli, atau menggunakan sidik jari palsu dengan bahan gelatin.  

Fingerprint.

Cara-cara tersebut memang dapat menembus keamanan verifikasi biometrik. Namun, hal ini tidak berlaku dengan biometrik yang telah menerapkan teknologi liveness detection

Apa Itu Teknologi Liveness Detection? 

Teknologi Liveness Detection atau pendeteksi keaktifan pada dasarnya merupakan pemanfaatan algoritma berbasis artificial  intelligence (AI) untuk membedakan sampel biometrik manusia hidup (berupa sidik jari, iris mata atau struktur wajah asli) dari sampel biometrik buatan (misalnya, sidik jari buatan dari gelatin) yang sedang diperiksa oleh sistem. 

Sebenarnya, teknologi liveness detection ini sudah ada sejak lama, tepatnya sejak 1950. Istilah tersebut pertama kali digunakan oleh seorang ilmuwan Inggris bernama Alan Turing. Kala itu, Turing menguji perilaku mesin dalam menghasilkan respons. Dalam tes tersebut, mesin yang diuji harus bisa mengenali saat hasil ketikan keyboard tidak berasal dari manusia. 

Meski sudah muncul sejak lama, teknologi ini baru mulai digunakan secara luas pada tahun 2000.  

Untuk menguji kemampuan mesin, pengguna diminta melakukan beberapa gerakan di hadapan kamera video. Sayangnya, uji tes ini dianggap kurang sukses karena berjalan sangat lambat. 

Jenis-Jenis Pendeteksi Keaktifan 

Teknologi ini digunakan secara luas dan terbagi menjadi dua kategori besar, yakni pasif dan aktif. Pengelompokan ini menyesuaikan gaya interaksi pengguna.  

Untuk lebih mengenal masing-masing jenis, Anda bisa menyimak poin-poin di bawah ini. 

Jenis Pasif

Pendeteksi berjenis pasif berjalan di balik proses verifikasi biometrik wajah

Dalam teknologi ini, pengguna tidak perlu melakukan apa pun, cukup diam dan menunjukkan sampel biometrik yang diperlukan (bisa berupa sidik jari, iris mata, maupun struktur wajah).

Secara otomatis, sistem akan melakukan pemeriksaan. Jika data sesuai, pengguna bisa mendapatkan akses, tapi jika tidak, sistem akan langsung melakukan blokir.

Liveness Detection Aktif

Liveness detection

Pendeteksi berjenis aktif merupakan teknologi liveness detection yang asli.

Dengan menggunakan sistem ini, pengguna harus mempraktikkan suatu instruksi khusus (biasanya berupa gerakan).

Ketika pengguna memberikan respons sesuai instruksi, maka identitasnya dapat diverifikasi. Apabila tidak sesuai, sistem akan menganggapnya sebagai sampel palsu dan bukan pengguna asli.

Cara Teknologi Pendeteksi Mencegah Fraud 

Sistem verifikasi biometrik memang memberikan keamanan tingkat tinggi. Dari sisi pengguna, teknologi ini juga praktis karena mereka tidak perlu mengingat kata kunci atau membawa tanda pengenal agar bisa mendapatkan akses. Walau begitu, bukan berarti biometrik tidak punya celah keamanan. 

Seperti yang telah disebutkan, keamanan biometrik pun dapat ditembus. Salah satunya adalah menggunakan jempol palsu untuk menembus mesin pengecek sidik jari.  

Dengan adanya teknologi ini, kejadian tersebut bisa dicegah. Lalu, bagaimana caranya? 

1. Untuk Mengecek struktur wajah

Salah satu masalah yang sedang dihadapi oleh biometrik saat ini adalah teknologi deepfake.  Teknologi tersebut mampu menempelkan wajah seseorang pada gambar tertentu. Alhasil, gambar tersebut pun berubah dan punya tampilan yang mirip.

Namun, dengan menerapkan pendeteksi aktif, kecurangan tersebut bisa digagalkan.

Sistem ini akan memberikan instruksi tertentu sehingga objek harus bergerak. Gambar deepfake di permukaan mungkin akan terlihat begitu mirip, tapi saat bergerak akan muncul struktur yang tidak natural dan bisa dikenali sebagai objek palsu.

2. Untuk Mengecek Keaslian Sidik Jari

Dengan menerapkan pendeteksi pasif, sistem akan mengenali apakah sampel yang sedang diperiksa merupakan jempol asli atau buatan.

Ini karena pada dasarnya anatomi tubuh manusia itu unik. Jempol yang asli pasti akan memiliki panas tubuh dan aliran darah di dalamnya. Sementara itu, sampel palsu memang punya tampilan yang serupa, tapi tidak dilengkapi dengan aspek-aspek “hidup” tersebut.

Itulah ulasan mengenai teknologi liveness detection serta penerapannya dalam mencegah tindak penipuan. Sistem keamanan yang serupa juga telah diterapkan oleh Privy.  

Privy menyediakan layanan verifikasi tanda tangan digital komprehensif yang cocok berbagai proses bisnis dengan keamanan tingkat tinggi seperti customer onboarding. Untuk informasi selengkapnya, silakan klik di sini

Tinggalkan Balasan