Maraknya fenomena kebocoran data beberapa tahun belakangan ini patut dijadikan perhatian. Fenomena ini tidak hanya penting bagi pengembang aplikasi atau perangkat saja, tetapi juga bagi para penggunanya.
Hal ini lantaran data yang bocor tersebut bisa saja data pengguna dari aplikasi atau perangkat tersebut. Jadi, seluruh pihak perlu ambil andil dalam memahami kebocoran data ini mulai dari penyebab hingga cara mencegahnya.
Artikel kali ini akan membahas lebih dalam tentang apa saja penyebab kebocoran data baik dari faktor internal maupun faktor eksternal. Selain itu, akan dibahas pula upaya mengatasi dan mencegah hal tersebut. Mari simak informasi lebih lengkapnya pada pembahasan di bawah ini!
Penyebab Kebocoran Data
Kebocoran data tidak akan ada apabila beberapa penyebab di bawah ini tidak terjadi:
1. Serangan Siber
Sama halnya dengan dunia nyata, dunia digital juga memiliki virus atau serangan berbahaya secara online yang bisa berdampak pada perangkat atau aplikasi. Adanya serangan siber ini umumnya berasal dari luar, seperti serangan virus, malware, ransomware, dan masih banyak lagi.
Pada dasarnya, virus ini berfokus untuk menyerang sistem keamanan komputer dengan mencari celah yang bisa disusupi. Kemudian, setelah berhasil masuk ke dalam sistem, virus ini akan mengambil data dan informasi penting yang ada di dalam perangkat. Sangat berbahaya, bukan?
2. Aplikasi Tidak Resmi
Penggunaan aplikasi tidak resmi, seperti APK MOD, berpotensi besar untuk mengalami kebocoran data. Bagaimana tidak? Aplikasi ini tidak beredar secara resmi dan tentunya tidak melewati atau memenuhi syarat keamanan perangkat atau aplikasi digital.
Aplikasi tidak resmi pastinya tidak menjamin dan tidak memiliki sistem keamanan mumpuni sehingga mudah disusupi oleh hacker. Bahkan lebih parahnya lagi, aplikasi tidak resmi bisa saja sengaja dibuat oleh organisasi atau individu tertentu dengan tujuan mengambil data pribadi seseorang yang sifatnya privat.
Biasanya, para pengguna menggunakan aplikasi tidak resmi karena tidak ingin membayar biaya bulanan. Oleh karena itu, mereka mencari alternatif yang lebih mudah, tetapi justru sangat berbahaya bagi keamanan data pribadi setiap penggunanya.
3. Terjebak Phishing
Penyebaran link phishing mungkin sudah terjadi sejak lama dan sekarang ini berevolusi ke dalam berbagai bentuk. Pengguna masih banyak yang terjebak metode kejahatan ini karena kalimatnya yang menjebak dan terkesan meyakinkan.
Terlebih lagi, belakangan ini sedang ramai kasus serupa phishing dengan gaya baru, seperti berbentuk undangan online, aplikasi online, PDF, dan masih banyak lagi. Ketika seseorang mengeklik atau mengunduh tautan tersebut, data pribadi otomatis akan terambil oleh pihak tidak bertanggung jawab. Meskipun begitu, kini sudah ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mengenali ciri-ciri link pihising. Salah satunya adalah dengan URL tidak disertai dengan sertifikat SSL dan diikuti dengan perintah untuk meng-klik link.
Dari data pribadi ini nantinya pihak tersebut dapat mengakses informasi keuangan, pesan singkat, dan informasi privasi lainnya.
4. Human Error
Kebocoran data juga dapat disebabkan dari faktor internal, yakni kesalahan individu itu sendiri. Terkadang, secara tidak sadar, seseorang membagikan informasi pribadinya secara mudah di website tidak resmi, sosial media, aplikasi, dan lain sebagainya.
Selain itu, human error juga bisa terjadi pada perusahaan pengembang aplikasi atau perangkat itu sendiri. Kebocoran ini bisa berupa kesalahan pengiriman email, kesalahan pemrograman, dan masih banyak lagi.
5. Akses WiFi Umum
WiFi umum di fasilitas publik memang terlihat memudahkan setiap pengguna perangkat, tetapi justru dapat menjerumuskan. Hal ini lantaran biasanya WiFi umum tidak dilengkapi sistem keamanan maksimal sehingga siapa pun dapat mengaksesnya.
Pertukaran informasi melalui WiFi umum ini menjadi sasaran empuk bagi para hackers dalam mengambil informasi pribadi Anda. Jadi, Anda harus lebih berhati-hati lagi, ya!
Cara Mengatasi Kebocoran Data
Untuk mengatasi kebocoran data yang sudah terjadi, berikut ada beberapa cara yang bisa dilakukan:
1. Cadangkan Data (Backup Data)
Langkah pertama yang perlu dilakukan adalah rutin mencadangkan data. Semakin canggihnya teknologi sekarang ini memudahkan pengguna untuk mencadangkan data secara otomatis.
Jadi, Anda tidak perlu khawatir apabila lupa untuk melakukan pencadangan. Data bisa di-back up secara berkala mulai dari setiap minggu, setiap bulan, atau setiap 3 bulan sekali.
2. Kontrol Akses Aplikasi atau Perangkat
Berikutnya, lakukan evaluasi ulang mengenai kontrol terhadap akses aplikasi atau perangkat. Cara ini perlu dilakukan terlebih bagi Anda yang memiliki perusahaan.
Hal ini bertujuan untuk melihat daftar timeline setiap pengguna yang mengakses sistem serta siapa saja yang bukan merupakan bagian dari daftar tersebut.
3. Laporkan ke Pihak Berwajib
Terakhir, jangan lupa untuk melaporkan ke pihak berwajib apabila dirasa terjadi kebocoran data. Nantinya, pihak berwajib akan menindaklanjuti kasus tersebut dan memastikan bahwa data Anda tidak disebarluaskan terlalu jauh.
Untuk mengetahui apakah data Anda mengalami kebocoran atau tidak, Anda bisa memeriksanya melalui situs seperti https://periksadata.com/.
Langkah Pencegahan Kebocoran Data
Lebih baik mencegah daripada mengobati, bukan? Nah, berikut ada beberapa langkah pencegahan kebocoran data yang bisa pengguna atau perusahaan lakukan:
1. Hindari Klik Link Sembarangan
Pastikan Anda tidak sembarangan mengklik link yang dikirimkan melalui pesan singkat, email, atau media lainnya. Terlebih lagi apabila link tersebut dikirim oleh pihak atau nomor tidak resmi. Sebab dikhawatirkan terjadi kebocoran serta penyalahgunaan data pribadi oleh pihak tak bertanggung jawab nantinya.
2. Gunakan Aplikasi Resmi
Aplikasi resmi yang diunduh melalui Google Play Store atau Apple Store umumnya sudah melalui uji kelayakan dan keamanan. Jadi, data dan aktivitas pengguna di dalamnya pun akan aman.
Terlebih bagi Anda yang sering melakukan transaksi atau aktivitas digital, perlu menggunakan aplikasi resmi seperti Privy guna menjaga identitas digital Anda. Privy adalah aplikasi tanda tangan digital yang dilengkapi sistem keamanan 2FA serta sudah diakui oleh Kominfo. Sistem keamanan tersebut sudah melalui uji kelayakan aplikasi sehingga data pribadi pengguna bisa lebih terjamin keamanannya.
Namun, aplikasi resmi juga tidak menjamin bahwa data Anda tidak mengalami kebocoran, ya. Anda pun tetap harus waspada dan memantau seluruh aktivitas digital yang dilakukan.
3. Perbarui Sistem Aplikasi dan Perangkat
Agar tidak ada celah pada sistem keamanan aplikasi dan perangkat, Anda perlu rutin memperbaruinya. Versi terbaru dari aplikasi atau perangkat tentunya akan memiliki sistem keamanan lebih baik lagi.
Pembaruan sistem ini akan bantu cegah kebocoran data karena dirasa sistem yang lama sudah mulai tidak efektif.
4. Perbarui Data secara Berkala
Perbarui data di sini berkaitan dengan mengganti password, PIN, atau kode akses lainnya secara berkala. Efektifnya data tersebut diganti setiap 3 bulan sekali.
Selain itu, hindari penggunaan data yang mudah diakses banyak orang, seperti alamat rumah, nomor telepon, tanggal lahir, dan nama lengkap. Namun jika ada indikasi kebocoran data pribadi, sebaiknya segera laporkan ke pihak berwajib.
Itulah beberapa penyebab kebocoran data yang umum ditemukan di masyarakat. Penting bagi pengguna maupun pengembang untuk saling menjaga informasi pribadi agar tidak digunakan oleh pihak tidak berwenang. Maka dari itu, setiap pengguna perlu mengetahui cara mengatasi dan mencegah kebocoran data seperti yang sudah disampaikan pada pembahasan di atas.