Passive vs Active Liveness Detection: Apa Bedanya?

passive vs active liveness detection

Dalam dunia yang semakin digital, keamanan data menjadi prioritas utama terutama dalam proses verifikasi identitas. Salah satu teknologi yang kini marak digunakan ialah liveness detection. Teknologi ini memastikan bahwa individu yang melakukan proses autentikasi benar-benar manusia nyata, bukan gambar, video, atau rekaman palsu. 

Namun, tahukah Anda bahwa liveness detection memiliki dua metode utama, yaitu passive dan active liveness detection? Mana yang lebih baik digunakan dalam bisnis Anda? Passive vs active liveness detection? Kali ini Anda akan diajak membahas perbedaan keduanya secara lengkap sehingga dapat menentukan metode mana yang paling sesuai untuk kebutuhan. Baca selengkapnya di bawah ini!

Mengenal Liveness Detection Sekilas dan Kedua Jenisnya

Liveness detection mengacu pada teknologi biometrik yang digunakan untuk memverifikasi kehadiran fisik seseorang saat proses autentikasi. Tujuannya sebenarnya ialah untuk mencegah serangan spoofing seperti penggunaan foto, video, atau masker silikon. Dengan teknologi ini, proses identifikasi menjadi lebih aman dan dapat dipercaya.

Ada dua pendekatan utama dalam liveness detection, yakni active dan passive.

Active liveness detection memerlukan interaksi pengguna, seperti menggerakkan kepala, berkedip, atau mengikuti instruksi tertentu. Metode ini aktif meminta respons dari pengguna untuk memastikan keaslian mereka.

Sebaliknya, passive liveness detection bekerja di latar belakang tanpa membutuhkan tindakan pengguna. Teknologi ini menggunakan algoritma canggih untuk menganalisis data biometrik dan mendeteksi kehadiran manusia secara otomatis.

Setiap metode memiliki kelebihan dan kekurangan yang membuatnya cocok untuk berbagai situasi. Untuk memahami lebih dalam, mari kita bedah perbedaan antara keduanya.

Baca Juga: Ketahui Fakta dan Manfaat dari Liveness Detection

Passive vs Active Liveness Detection: Mari Mengenal Perbedaan Keduanya!

Ketika membahas perbedaan antara kedua metode ini, ada banyak aspek yang perlu dijelaskan lebih rinci. Berikut penjabaran perbedaannya dalam lima kategori utama.

1. Interaksi Pengguna

Interaksi pengguna menjadi perbedaan mendasar antara active dan passive liveness detection. Dalam active liveness detection, pengguna harus terlibat langsung dengan mengikuti instruksi tertentu, seperti memutar kepala, tersenyum, atau berkedip sesuai perintah di layar sehingga sistem dapat memastikan bahwa individu yang diverifikasi benar merupakan manusia nyata. 

Sebaliknya, passive liveness detection tidak memerlukan interaksi apa pun dari pengguna. Sistem bekerja secara otomatis di latar belakang, menggunakan teknologi canggih untuk menganalisis biometrik seperti wajah atau sidik jari guna mendeteksi kehadiran manusia secara efisien tanpa memengaruhi pengalaman pengguna.

2. Kemudahan Penggunaan

Kemudahan penggunaan menjadi aspek penting dalam memilih antara active dan passive liveness detection. Active liveness detection sering kali dianggap kurang praktis karena memerlukan tindakan tertentu dari pengguna, seperti mengikuti instruksi di layar yang bisa menjadi tantangan bagi mereka yang kurang paham teknologi atau berada dalam kondisi tertentu yang kurang ideal. 

Sebaliknya, passive liveness detection menawarkan pengalaman yang lebih mudah karena berjalan secara otomatis di latar belakang tanpa memerlukan tindakan apa pun dari pengguna. Hal ini membuat metode passive lebih nyaman dan cocok untuk aplikasi yang mengutamakan pengalaman pengguna yang mulus.

Baca Juga: Proses Validasi Data: Memastikan Keakuratan dan Keamanan Informasi Bisnis

3. Tingkat Keamanan

Tingkat keamanan juga menjadi salah satu perbedaan signifikan antara active dan passive liveness detection. Active liveness detection dikenal memiliki keamanan tinggi karena mengharuskan pengguna memberikan respons langsung, seperti berkedip atau menggerakkan kepala yang sulit direplikasi oleh media palsu seperti video atau gambar statis. 

Setiap tindakan pengguna dipantau secara ketat untuk memastikan keasliannya dan mencegah manipulasi. Di sisi lain, passive liveness detection mengandalkan kecanggihan algoritma untuk mendeteksi tanda-tanda kehidupan manusia secara otomatis. 

Namun, jika algoritmanya kurang optimal, metode ini berisiko rentan terhadap serangan spoofing yang lebih canggih, seperti penggunaan masker 3D atau animasi wajah sehingga tingkat keamanannya bergantung sepenuhnya pada teknologi yang digunakan.

4. Kecepatan Verifikasi

Proses verifikasi active liveness detection biasanya memerlukan waktu lebih lama, tergantung pada seberapa cepat pengguna dapat mengikuti instruksi. Dalam beberapa kasus, pengguna mungkin harus mengulang langkah jika sistem gagal mendeteksi respons dengan benar.

Di sisi lain, passive liveness detection bekerja secara otomatis untuk memproses verifikasi yang jauh lebih cepat. Sistem hanya membutuhkan beberapa detik untuk menganalisis data biometrik dan menyelesaikan autentikasi.

5. Aplikasi Praktis

Metode otentikasi aktif dan pasif memiliki perbedaan signifikan dalam hal tujuan dan penggunaan. Metode aktif yang menekankan pada tingkat keamanan yang tinggi, sering digunakan dalam situasi yang membutuhkan perlindungan ekstra, seperti saat login ke akun perbankan, mengakses dokumen rahasia, atau sistem keamanan sensitif lainnya. 

Sementara itu, metode pasif lebih fokus pada kenyamanan pengguna dan banyak diterapkan di aplikasi yang memerlukan proses onboarding cepat. Contohnya seperti registrasi akun e-commerce, check-in hotel, atau pembukaan rekening secara online yang membutuhkan kecepatan dan kemudahan akses.

Baca Juga: Rekam Medis Elektronik: Tujuan, Fungsi, serta Aturannya

Jadi Mana yang Lebih Baik? Passive atau Active Liveness Detection?

Memilih antara passive dan active liveness detection bergantung pada kebutuhan spesifik dan konteks penggunaannya. Jika keamanan menjadi prioritas utama seperti pada sektor keuangan atau pemerintahan, active liveness detection lebih unggul karena mengandalkan respons langsung dari pengguna yang sulit direplikasi oleh serangan spoofing. 

Namun jika pengalaman pengguna yang mulus menjadi fokus utama, seperti dalam aplikasi onboarding pelanggan atau layanan e-commerce, maka passive liveness detection merupakan pilihan yang lebih praktis karena tidak memerlukan interaksi pengguna. 

Passive liveness detection juga menawarkan kecepatan dan kenyamanan yang lebih tinggi, meskipun tingkat keamanannya sangat bergantung pada kecanggihan algoritma yang digunakan. Pada akhirnya, banyak perusahaan memilih untuk menggabungkan kedua metode ini untuk memaksimalkan keseimbangan antara keamanan dan kenyamanan.

Baik passive maupun active liveness detection memiliki kelebihan masing-masing, dan pilihan terbaik bergantung pada kebutuhan spesifik bisnis Anda. Apapun metode yang dipilih, memastikan proses verifikasi identitas yang aman menjadi langkah penting dalam mencegah penipuan.

Untuk itu, gunakan Digital Certificate Issuance sebagai solusi satu pintu yang mendukung kelancaran operasional harian bisnis Anda. Terutama bagi bisnis yang berhubungan dengan industri keuangan, layanan seperti Privy menawarkan verifikasi identitas yang andal dan meminimalkan risiko penipuan selama proses onboarding pelanggan. 

Teknologi ini membantu memastikan bahwa setiap langkah verifikasi identitas dilakukan dengan aman, efisien, dan tepercaya. Tingkatkan keamanan bisnis Anda hari ini dengan memanfaatkan teknologi liveness detection dan layanan digital tepercaya seperti Privy!

Tinggalkan Balasan