Perkembangan industri teknologi yang semakin pesat turut membuka banyak lapangan pekerjaan. Namun demikian, isu kesetaraan gender dalam bidang ini masih membutuhkan perhatian besar. Menurut survei AnitaB.org, hanya 28,8% perempuan yang bekerja di industri teknologi. Dilansir dari Forbes, Ada sejumlah masalah sosial, budaya, dan ekonomi yang menyebabkan disproporsi gender di bidang teknologi, termasuk kesenjangan gender dalam hal perempuan memasuki jalur pendidikan STEM.
Di bidang teknologi finansial, disproporsi gender juga masih dirasakan, meskipun jumlah perempuan yang terjun ke industri ini semakin meningkat. Sebuah studi baru-baru ini yang dikutip oleh publikasi Fintech terkemuka menemukan bahwa meskipun 30% tenaga kerja teknologi finansial adalah perempuan, hanya 17% peran senior dipegang oleh perempuan dan hanya 5% pendiri perusahaan yang merupakan perempuan.
Statistik ini cukup mengejutkan karena Fintech adalah dunia penemuan dan inovasi yang dinamis. Mayoritas wanita memiliki alasan kuat mengapa mereka memilih untuk tidak mengambil pekerjaan formal. Ada 3 hal yang dapat dipetik dari berbagai alasan yang ada, yaitu:
Jumlah Tenaga Kerja Pria Lebih Banyak daripada Wanita
Sejak dari dahulu, lebih banyak pria yang mengambil pendidikan bidang sains, teknologi, pendidikan teknik (engineering), dan matematis (STEM). Karena itu lah, lebih mudah untuk mencari tenaga pria kompeten dibandingkan wanita,
Work-Family Balance
Cepat atau lambat, sebagian besar wanita akan membangun rumah tangga, yang mana harus mengurus tumbuh kembang anak. Sehingga ketika mengambil pekerjaan juga, ada anggapan perkembangan anak akan terabaikan walau sebenarnya peran untuk memastikan tumbuh kembang anak bukan hanya dari wanita saja.
Stigma Wanita Bekerja di Bidang Layanan Perawatan
Meskipun bisa mengambil pekerjaan, wanita mendapat stigma lebih cocok bekerja dibidang layanan perawatan, contohnya sebagai perawat, pengasuh bayi, bahkan mengurus rumah seperti asisten rumah tangga. Wanita dipandang rendah dan tidak dapat mencari pekerjaan lebih layak.
Figur-Figur Wanita di Dunia FinTech
Berikut ini adalah figur-figur wanita hebat yang mampu sukses membangun karir di bidang FinTech bahkan membangun startup sendiri. Figur-figur tersebut adalah:
Anne Boden – Founder dan CEO Starling Bank
Seseorang dengan pengalaman perbankan selama 30 tahun, memicu Boden untuk membuat bank yang dekat dengan nasabah melalui teknologi. Boden juga memiliki latar belakang untuk membuktikan bagaimana wanita dapat berkarir di industri minoritas perempuan, yaitu perbankan pada saat itu. “Lebih baik untuk fokus mengembangkan apa yang kita punya daripada yang tidak kita miliki”. Sedikit demi sedikit, impian Boden mulai terwujud. Kini Starling Bank telah menjadi bank terbaik di Inggris 4 tahun berturut-turut dari tahun 2018.
“My advice to any woman reading this piece is to fight hard, demand the same treatment, go for the top positions and never give up.” – Anne Boden, CEO dan Founder Starling Bank
Lucy Yueting Liu – Founder Airwallex
Zhang, Li, dan Dai harus melampaui berbagai tantangan untuk membangun Airwallex, terlebih Lucy. Sebagai satu-satunya wanita, Lucy seringkali menemukan pandangan merendah dari klien perusahaan konvensional. “Meskipun saya telah memberi kartu nama saya, mereka tetap bersikeras untuk menemui atasan.” Bagi Lucy, hal tersebut tidak begitu berarti. Justru kini Lucy sukses membangun Airwallex hingga mampu mendapat pendanaan Series E. “Saya sangat mendukung wanita untuk terjun ke dunia FinTech, meskipun kamu tidak begitu mahir dalam dunia teknologi. Kemauan besar untuk belajar akan lebih berarti daripada sekedar kemampuan saja.”
Kahina Van Dyke – Global Head of Digital Channels & Data Analytics Standard Chartered Bank
Berawal dari pengantar koran, Van Dyke kini membangun sistem digital di Standard Chartered Bank. Van Dyke percaya bahwa teknologi finansial menjadi bagian dari kehidupan masyarakat masa depan. Van Dyke juga mendorong wanita untuk berani berkarir di dunia FinTech. “Saya berkomitmen membantu para wanita untuk terjun ke dunia FinTech, dan saya yakin mereka adalah masa depan FinTech.
Tahap-Tahap Meningkatkan Partisipasi Wanita dalam Karir FinTech
Kehadiran wanita dalam dunia FinTech bisa membawa inovasi dengan pola pikir yang berbeda. Peningkatan pastisipasi wanita dalam dunia FinTech tentunya tidak bisa meningkat dalam satu malam, tetapi memerlukan beberapa langkah agar bisa bertumbuh sempurna. Langkah-langkah tersebut adalah:
Mulai Sedari Dini
Anak-anak perempuan perlu diberikan pendidikan sejak dini, bagaimana ia memiliki kesempatan dan hak untuk menemukan pekerjaan impian, apapun bentuknya tanpa terkekang stigma wanita zaman dahulu.
Bangun Kesetiaan dengan Keadilan Tanpa Pandang Bulu
Terkadang kita masih menemukan perbedaan perlakuan atas dasar gender. Wanita memiliki hak yang sama untuk mendapat perlakuan sosial yang pantas.
Kesetaraan Gaji
Data dari PBB mengungkapkan bahwa wanita mendapat gaji 33% lebih sedikit dari pria. Wanita memiliki hak yang sama untuk menerima kompensasi atas hasil kerjanya, gender seharusnya tidak menjadi pembeda besaran gaji yang diterima.
Figur Panutan
Figur wanita sukses dapat membangun semangat para wanita yang ingin terjun ke dunia FinTech. Orang terdekat sekalipun bisa menjadi figur panutan untuk para wanita berkembang, contohnya seorang Ibu.
Work-Life Balance
Wanita berkeluarga tentu juga harus memikirkan bagaimana perkembangan anak. Perusahaan dan pasangan harus memberi support besar kepada wanita agar dapat membagi fokus dengan lebih baik antara pekerjaan dan keluarga, bahkan untuk diri sendiri.
Wanita kini sudah semakin maju. Hal ini dibuktikan dengan wanita-wanita yang bisa sukses dalam pekerjaan bidang FinTech. Meskipun mengambil pekerjaan formal, wanita juga tetap dapat mengedepankan bagaimana kebutuhan keluarga. Privy mengucapkan selamat merayakan Hari Perempuan Sedunia, semoga wanita-wanita tangguh Indonesia bisa membawa angin perubahan ke dunia FinTech Indonesia.