Adanya transaksi elektronik, seperti belanja di e-commerce atau menggunakan QRIS memang memudahkan masyarakat Indonesia dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari. Namun tidak dapat dipungkiri kalau transaksi seperti ini memiliki risiko tersendiri.
Risiko tersebut, seperti kebocoran dan penyalahgunaan data hingga tindak pidana pencucian uang (TPPA). Solusi utama dalam menanggulangi risiko ini adalah dengan melakukan verifikasi identitas pengguna terkait di dunia maya. Pahami apa itu verifikasi identitas digital dan pentingnya dalam transaksi elektronik dengan membaca artikel berikut ini:
Mengenal Verifikasi Identitas Digital
Sebelum memahami apa itu verifikasi identitas digital, Anda harus memahami apa itu identitas digital terlebih dahulu. Identitas digital (digital identity) adalah sekumpulan data pribadi Anda yang berada di internet yang mana apabila data tersebut disatukan, identitas Anda sebagai seorang individu akan terungkap.
Adapun verifikasi identitas digital adalah tindakan yang dilakukan oleh bisnis atau pemerintah untuk memastikan keaslian dan validitas identitas digital tersebut. Selain username, password dan PIN, teknologi yang kini sering digunakan untuk melakukan verifikasi ini adalah teknologi verifikasi data biometrik, mulai dari fingerprint hingga face recognition.
Pentingnya Verifikasi Identitas Digital dalam Transaksi Elektronik
Di jaman yang serba canggih seperti saat ini, identitas digital adalah hal yang krusial dalam transaksi elektronik, khususnya transaksi elektronik yang menyangkut keuangan maupun dokumen-dokumen penting. Pada bank digital misalnya, identitas ini digunakan untuk membuka rekening bank dan mengajukan kredit. Oleh sebab itu, identitas ini membutuhkan proses verifikasi yang mendalam.
Berikut ini beberapa hal yang membuat proses verifikasi ini menjadi sangat penting dalam transaksi elektronik:
1. Menjaga kerahasiaan data
Username, password, PIN dan kode OTP bermanfaat untuk menjaga kerahasiaan data transaksi digital. Sederhananya, dengan teknologi verifikasi tersebut, tidak sembarang orang bisa masuk ke dalam aplikasi terkait dan melakukan transaksi digital yang diinginkan. Oleh karena itu, masyarakat dihimbau untuk tidak memberikan keempat data pribadi di atas kepada orang lain dan secara rutin memperbaharuinya dari waktu ke waktu.
2. Mencegah risiko manipulasi data
Lebih lanjut lagi, username, password, PIN dan kode OTP juga bermanfaat untuk mencegah risiko manipulasi data. Hal ini khususnya terkait dengan dokumen digital, seperti sertifikat digital.
Di aplikasi Privy misalnya, sebelum menandatangani sebuah dokumen, pengguna diminta untuk memasukkan kode OTP yang telah dikirimkan ke email, WhatsApp maupun SMS. Hal ini bertujuan supaya yang menandatangani dokumen tersebut benar-benar pihak yang berhak, sehingga tidak ada manipulasi pada dokumen digital terkait maupun sertifikatnya.
3. Mempermudah proses profiling mitra dan pelanggan
Bagi bisnis, khususnya yang bergerak di sektor teknologi keuangan, melakukan verifikasi terhadap identitas digital juga penting untuk mempermudah proses profiling mitra dan pelanggan. Profiling mitra dan pelanggan ini penting untuk mencegah timbulnya risiko-risiko lain, seperti fraud maupun gagal bayar.
Untuk industri keuangan dan perbankan misalnya, verifikasi terhadap identitas digital ini penting untuk menentukan kemampuan bayar nasabah, khususnya jika nasabah tersebut mengajukan kredit secara digital. Perusahaan penyedia kredit tidak hanya harus melakukan verifikasi biometrik, tetapi juga mencocokkan data nasabah ke database OJK untuk memastikan kemampuan bayar nasabah tersebut, sehingga meminimalisir risiko gagal bayar.
4. Mempermudah ekspansi bisnis
Penerapan proses verifikasi terhadap data digital calon pengguna ini juga mempermudah ekspansi bisnis. Adanya sistem verifikasi ini, membuat perusahaan dapat dengan mudah menjangkau konsumen dari manapun dan kapanpun tidak terikat dengan jam operasional perusahaan. Akibatnya, ekspansi bisnis juga menjadi lebih mudah.
Hal ini sudah dilakukan oleh bank-bank digital. Dengan menggunakan teknologi verifikasi ini, bank-bank digital dapat menjangkau nasabah dari seluruh Indonesia dengan tanpa mendirikan kantor cabang di dekat tempat tinggal nasabah tersebut.
Karena saking pentingnya verifikasi terhadap data digital ini, khususnya di sektor keuangan, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dalam Peraturan OJK (POJK) No.10 tahun 2022 mewajibkan penggunaan tanda tangan digital tersertifikasi dalam transaksi pengajuan dan pemberian pinjaman secara digital. Tanda tangan digital ini berperan sebagai salah satu alat untuk memverifikasi keaslian data nasabah.
Berbeda dengan tanda tangan basah, tanda tangan digital tersertifikasi dilengkapi dengan sertifikat digital yang hanya bisa diterbitkan oleh lembaga tertentu yang sudah memiliki izin dari pemerintah. Sertifikat ini berisi data-data yang mengkonfirmasi keaslian data nasabah dan riwayat perubahan dokumen terkait. Dengan demikian, tindakan pencurian maupun manipulasi data dapat dihindari.
Tantangan Penerapan Verifikasi Identitas Digital di Indonesia
Meskipun sudah banyak digunakan di berbagai industri, namun penerapan verifikasi identitas digital di Indonesia masih memiliki kendala. Kendala pertama adalah keterbatasan infrastruktur digital di Indonesia. Hal ini khususnya untuk menerapkan metode verifikasi ini pada sektor publik. Keterbatasan infrastruktur digital di Indonesia secara otomatis mengakibatkan keterbatasan penggunaan metode verifikasi ini khususnya di daerah-daerah terpencil, terluar dan terdepan (3T).
Kendala yang kedua adalah potensi kebocoran data dan fraud. Verifikasi identitas digital memang digunakan untuk mengatasi kedua hal ini, namun risiko kebocoran data akibat kualitas sistem yang kurang baik juga masih ada.
Kasus pemalsuan data ojek online beberapa tahun lalu misalnya. Dengan membeli akun dari pemilik aslinya dan dengan melakukan verifikasi menggunakan topeng di wajah, oknum penipu dengan sukses mengelabui sistem verifikasi dan menggunakannya untuk kejahatan. Oleh sebab itu, perusahaan dan pemerintah disarankan menggunakan live movement detection dalam melakukan verifikasi terhadap identitas digital dan tidak hanya menggunakan face recognition saja.
Potensi kebocoran data ini juga termasuk apabila pengguna akun terkait kurang hati-hati dalam mengakses internet. Misalnya, secara tidak sengaja mengunduh file dengan ekstensi .apk atau file yang mengandung keylogger, sehingga data username dan password pengguna tersebut tetap bisa diretas oleh oknum penjahat.
Salah satu solusi yang bisa Anda gunakan untuk mengatasi hal ini adalah dengan memakai Privy for Business untuk proses onboarding pelanggan dan karyawan perusahaan Anda. Dilengkapi dengan keamanan tingkat tinggi dan unique authentication system, Privy for Business adalah platform yang cocok untuk membuat proses onboarding pelanggan maupun karyawan dengan aman, cepat dan mudah.
Tapi, penggunaan Privy for Business juga harus dilengkapi dengan edukasi pengamanan data pribadi baik ke pelanggan maupun kepada karyawan. Sebab, data pribadi sebaiknya diamankan menggunakan sistem dan pola pikir manusia sekaligus.