Hindari Klaim Asuransi Palsu dengan Verifikasi Identitas Digital

Hindari Klain Asuransi Palsu dengan Verifikasi Identitas Digital

Asuransi yang semula dianggap sebagai sebuah kebutuhan tersier, kini perlahan bergeser menjadi kebutuhan primer yang seharusnya terpenuhi bagi siapa saja.

Di era serba modern, masyarakat bisa berlangganan polis asuransi melalui aplikasi mobile dan keamanan privasi pun tetap terjaga berkat penggunaan identitas digital.

Dalam penggunaannya, verifikasi identitas digital dan asuransi berkaitan erat dengan keamanan data dan kecenderungan fraud atau penipuan. 

Sayangnya, fraud atau kecurangan masih menjadi momok dalam industri ini.  

Pada 2019, Asosiasi Asuransi Umum Indonesia (AAUI) mengungkapkan bahwa penetrasi asuransi di Indonesia melambat mengingat banyaknya kasus fraud seperti klaim asuransi palsu. Itikad baik memang harus menjadi komitmen antara nasabah dan penerbit asuransi. Lantas, hal-hal apa saja yang dapat mencegah terjadinya fraud asuransi? 

Kasus Klaim Palsu Asuransi di Indonesia 

Ternyata tidak sedikit oknum yang melihat asuransi sebagai celah untuk mendapatkan uang dengan cara ilegal.  

Urgensi antara verifikasi identitas digital dan asuransi dapat terlihat dalam beberapa contoh kasus berikut ini. 

Sebuah perusahaan asuransi asal Jerman sempat melaporkan empat nasabahnya atas tuduhan klaim asuransi palsu di Indonesia. Kasus pada tahun 2017 ini menyebabkan kerugian materiil sebesar Rp100 juta.  

Ilustrasi investigasi pemalsuan klaim asuransi.

Modusnya adalah membeli polis asuransi dengan identitas palsu dan mengirimkan invoice palsu dari rumah sakit untuk mengajukan klaim. Untungnya, pihak perusahaan asuransi teliti dalam proses verifikasi klaim sehingga dapat menemukan kejanggalan. Namun, hal ini menimbulkan pertanyaan: mengapa empat nasabah tersebut bisa membeli polis asuransi menggunakan identitas palsu? 

Kasus selanjutnya terungkap pada tahun 2020, di mana tersangka memalsukan surat kematian dari kepala desa setempat. Ini bukan kali pertama tersangka melakukan klaim asuransi palsu, bahkan sebelumnya ia berhasil mendapatkan uang klaim asuransi tanpa menimbulkan kecurigaan.  

Menurut pengakuan tersangka, ia membeli polis asuransi dari sebuah perusahaan non-swasta secara online. Kemudian, ia membuat surat palsu untuk mendapatkan surat keterangan kematian dan surat keterangan kecelakaan lalu lintas.

Dengan memalsukan tanda tangan sang istri, tersangka mengisi formulir klaim asuransi dan mengirimkan dokumen terkait. Pihak perusahaan asuransi bahkan sudah mentransfer klaim asuransi sebesar Rp 90 juta hingga akhirnya menyadari kejanggalan dari dokumen yang diterima.  

Contoh-contoh kasus tersebut meletakkan urgensi pada verifikasi identitas digital dalam industri asuransi agar tidak ada lagi oknum-oknum yang bisa mencuri dan memalsukan data pribadi dengan mudah. 

Cegah Fraud dengan Identitas Digital

Di balik teknologi dan rentetan proses verifikasi yang diaplikasikan oleh perusahaan asuransi, masih ada banyak sekali celah yang dapat dimanfaatkan oleh pihak tidak bertanggung jawab.  

Sebuah survei dari Friss.com membuktikan bahwa perusahaan asuransi global mencurigai 20% dari total klaim asuransi pada 2022 termasuk dalam kategori fraud atau klaim palsu. Angka tersebut mengalami peningkatan sebesar 2% dari tahun 2020.  

Covid-19 mengakselerasi digitalisasi industri asuransi untuk melayani nasabah secara online. Sekitar 26% dari tantangan terbesar perusahaan asuransi dalam memerangi klaim palsu asuransi adalah proteksi data dan privasi. Verifikasi identitas digital menjadi cara untuk membantu meningkatkan deteksi kecurangan sekaligus meminimalisir waktu dan biaya.  

Jadi, bagaimana verifikasi identitas digital dan asuransi dapat berperan dalam mengantisipasi klaim palsu? 

1. Mempercepat proses dan meningkatkan akurasi

Adanya identitas digital mampu mencegah modus penipuan yang menggunakan identitas palsu atau pencurian identitas. Data pribadi dan jejak digital sudah terekam di dalamnya, sehingga prosesnya otomatis dan meninggalkan room for error yang sangat sedikit.  

2. Mengecek histori polis asuransi

Jika seseorang tercatat membeli polis asuransi dalam jumlah banyak di berbagai perusahaan asuransi, maka tindakannya patut dicurigai. Cara ini efektif untuk mendeteksi fase awal dari upaya penipuan. 

3. Mencegah adanya pemalsuan data dalam klaim asuransi

Dalam banyak kasus, tersangka memilih untuk memalsukan tanda tangan atau dokumen demi melancarkan klaim asuransi. Verifikasi identitas digital seperti tanda tangan digital menutup kemungkinan ini. Ingat, kejahatan bisa terjadi karena kesempatan yang terbuka! 

Identitas digital jelas bisa membantu perusahaan asuransi untuk membuat proses verifikasi jadi lebih seamless. Terlebih lagi, identitas digital juga memudahkan nasabah untuk mengisi formulir. Masyarakat cenderung malas mengisi data diri secara berulang. Adanya verifikasi menggunakan identitas digital seperti yang disediakan Privy dapat meningkatkan potensi datangnya nasabah baru. 

Tinggalkan Balasan