Ketika sedang mengirim pesan atau beraktivitas secara digital, tentunya Anda tidak ingin aktivitas privasi yang sedang dilakukan diketahui pihak tidak berwenang, bukan? Salah satu upaya untuk mencegah hal tersebut adalah dengan menggunakan sistem keamanan enkripsi end-to-end.
Mungkin Anda sudah tidak asing lagi dengan istilah ini khususnya pada aplikasi pesan singkat, seperti WhatsApp, Telegram, dsb. Namun, sistem ini ternyata digunakan juga untuk berbagai aplikasi dan aktivitas, loh.
Lantas, bagaimana cara kerja dari pesan terenkripsi end-to-end itu sendiri sehingga bisa melindungi data dan aktivitas digital di dalamnya? Daripada penasaran, artikel berikut ini akan membahas lebih lengkap tentang sistem keamanan tersebut mulai dari pengertian hingga contoh implementasinya!
Apa itu Enkripsi End-to-End?
Sederhananya, enkripsi end-to-end adalah sebuah sistem keamanan pada perangkat digital dengan mengubah kunci yang hanya diketahui oleh pemilik perangkat tersebut. Dengan kata lain, Setiap perangkat tentu akan memiliki kunci yang berbeda sehingga tidak bisa diakses oleh siapa pun kecuali pemilik bersangkutan yang mengizinkan.
Sistem ini biasa digunakan untuk aplikasi yang menghimpun data pribadi pengguna, seperti aplikasi pesan singkat, aplikasi e-commerce, aplikasi perusahaan, dan masih banyak lagi. Tujuan penggunaan sistem keamanan ini tidak lain adalah untuk mencegah kebocoran data pribadi serta menjaga privasi.
Perlu diingat bahwa sistem ini hanya bisa diakses oleh pemilik perangkat bersangkutan. Jadi, baik developer (pengembang aplikasi), pemerintah, atau bahkan hacker tidak memiliki akses untuk mendapatkan informasi di dalamnya. Apabila terjadi kebocoran data, berarti ada celah pada sistem keamanan yang perlu segera diperbaiki.
Baca Juga: Apa Itu Enkripsi Data dan Mengapa Anda Harus Peduli
Cara Kerja Enkripsi End-to-End
Untuk mewujudkan keamanan perangkat yang mumpuni, cara kerja enkripsi end-to-end ini sendiri cukup kompleks. Ketika pengguna mengunduh sebuah aplikasi, pengguna akan diberikan dua kunci, yaitu kunci publik (public key) dan kunci pribadi (private key).
Ketika pengguna beraktivitas dalam aplikasi tersebut, kunci publik akan dikirimkan ke pusat server untuk dikelola. Tujuannya agar pengguna bisa tetap mengakses fitur-fitur yang ada di dalamnya. Kunci publik yang dikirim ini hanya berupa chipertext yang tidak bisa dibaca atau diakses oleh siapa pun.
Sementara itu, pengguna tetap menyimpan kunci pribadi untuk mengakses informasi tertentu, seperti pesan singkat, nomor PIN, password, dan sebagainya. Nah, kunci pribadi inilah yang nantinya akan membaca chipertext menjadi informasi yang jelas.
Perbedaan Enkripsi End-to-End dengan Jenis Enkripsi Lainnya
Dilihat dari pembahasan di atas, sejatinya sistem keamanan enkripsi terdiri dari 4 jenis, yaitu enkripsi simetris, asimetris, end-to-end, dan berkurang. Lantas, apa perbedaan enkripsi end-to-end dari ketiga jenis lainnya? Mari simak beberapa perbedaannya di bawah ini:
1. Peran Pengguna
Seperti yang sudah dibahas sebelumnya, sistem keamanan enkripsi end-to-end memungkinkan pengguna untuk memiliki kendali penuh atas data yang dimiliki. Dengan kata lain, pihak mana pun tidak bisa mengakses informasi dan membaca pesan yang dimiliki pengguna tanpa seizin pemiliknya.
Namun, jenis enkripsi lainnya masih memungkinkan pihak lain memiliki kunci deskripsi dan mengakses informasi di dalamnya. Hal ini biasanya disesuaikan lagi dengan kebutuhan pengguna atau perusahaan mengenai siapa saja yang berwenang untuk mengakses data tersebut.
2. Cakupan Keamanan Data
Layaknya proses pengiriman barang, data yang dikirimkan dari satu perangkat ke perangkat lainnya hanya bisa dibuka oleh pihak yang dituju. Jadi, selama perjalanan data tersebut, pihak lain tidak memiliki wewenang untuk membuka apalagi mengambil data.
Begitulah perbedaan enkripsi end-to-end dibandingkan jenis lainnya yang masih memungkinkan adanya pengambilan data selama perjalanan tersebut.
Baca Juga: 7 Manfaat Tanda Tangan Elektronik Untuk Bisnis Serta Implementasinya
Manfaat Enkripsi End-to-End
Adapun manfaat penerapan sistem keamanan enkripsi end-to-end itu sendiri antara lain:
1. Upaya Preventif Cegah Kebocoran Data
Maraknya kasus pengambilan data pribadi mengakibatkan perlunya peningkatan sistem keamanan perangkat dan aplikasi. Penerapan enkripsi end-to-end akan sangat bermanfaat bagi pengguna itu sendiri karena terhindar dari penggunaan data oleh pihak tidak bertanggung jawab.
Anda dapat mengecek terjadinya kebocoran data melalui situs seperti Avast, Periksa Data, dan Have I Been Pwned. Jika memang terindikasi, dapat segera melaporkannya.
Salah satu syarat sebuah aplikasi resmi dan aman digunakan oleh pengguna adalah sudah memenuhi standar hukum keamanan yang berlaku. Sistem keamanan ini menjadi dasar disahkannya sebuah aplikasi guna menjamin data pengguna akan aman dan tidak bocor.
Oleh karena itu, terjadinya kebocoran data pada beberapa aplikasi perlu dipertanyakan lagi mengenai celah pada sistem keamanannya.
3. Menjaga Privasi Pengguna
Segala aktivitas digital pengguna, seperti aktivitas keuangan, pesan singkat, dan sebagainya bisa terjaga berkat adanya enkripsi end-to-end. Sistem keamanan ini tentunya akan menjaga rasa aman dan kepuasan pengguna sehingga nyaman dalam beraktivitas.
Baca Juga: Cara Menjaga Jejak Digital Anda dengan Aman
Contoh Implementasi Enkripsi End-to-End
Nah, agar Anda memiliki gambaran bagaimana implementasi sistem keamanan itu sendiri, berikut ada salah satu contoh yang bisa ditemukan di tengah-tengah masyarakat. Salah satunya adalah pada aplikasi pesan singkat, seperti WhatsApp.
Mungkin Anda sudah tidak asing lagi ketika akan mengirim percakapan pesan ke nama kontak baru, akan muncul informasi seperti “Messages and calls are end-to-end encrypted. No one outside of this chat, not even WhatsApp, can read or listen to them.”
Selain pesan teks, WhatsApp juga memastikan bahwa semua foto, dokumen, catatan suara, serta panggilan suara dan video yang dikirimkan melalui aplikasinya telah dienkripsi end-to-end secara otomatis. Dengan fitur ini, WhatsApp menjamin bahwa pesan yang disimpan pengguna pada layanan cloud mana pun akan tetap terlindungi dengan enkripsi end-to-end. Pesan-pesan tersebut akan diamankan oleh kunci enkripsi berupa 64 digit atau kata sandi yang tidak bisa diubah.
Informasi tersebut bertujuan untuk menginformasikan kepada pengguna bahwa seluruh aktivitas online Anda akan terjamin kerahasiaan dan keamanannya. Tidak ada pihak mana pun yang bisa mengakses informasi tersebut, kecuali Anda mengizinkannya.
Itulah mengapa aplikasi ini banyak digunakan oleh berbagai pihak untuk tujuan tertentu, seperti kepentingan pribadi, pendidikan, hingga bisnis. Selain karena mudah diaplikasikan, keamanan aplikasi ini pun terjamin berkat adanya sistem enkripsi end-to-end.
Bagi Anda yang banyak melakukan aktivitas online, seperti pengiriman dokumen, penandatangan dokumen, dsb, pastikan juga menggunakan aplikasi dengan sistem enkripsi yang aman. Salah satu contohnya adalah aplikasi Privy.
Aplikasi ini mengimplementasikan enkripsi jenis 2FA (Two-Factor Authentication) yang merupakan lapisan keamanan tambahan yang berfungsi untuk meminta verifikasi sebelum mengakses suatu akun atau layanan.
Di Privy, Sistem ini diaplikasikan agar aktivitas penandatanganan dokumen, pengiriman dokumen, hingga mengecek keabsahan sebuah dokumen bisa aman dan nyaman dilakukan. Lalu, bagaimana cara kerjanya?
Pada dasarnya, Privy ini adalah aplikasi bagi Anda yang ingin membuat tanda tangan digital. Tanda tangan yang sudah dibuat ini nantinya hanya bisa diakses oleh Anda dan tidak bisa digunakan oleh pihak tidak bertanggung jawab. Setiap TTd yang digunakan sembarangan akan muncul di notifikasi aplikasi Anda.
Demikianlah beberapa informasi terkait enkripsi end-to-end mulai dari pengertian, cara kerja, hingga implementasinya dalam aplikasi. Akhir kata, dalam beraktivitas digital, pastikan Anda menggunakan aplikasi resmi dengan sistem keamanan mumpuni. Dengan begitu, data pribadi Anda pun bisa lebih aman dan terjaga.