Menurut riset dari McKinsey tentang identitas individu, kurang lebih ada 1 Miliar orang di seluruh dunia yang tidak bisa membuktikan identitasnya—terjadi karena mereka tidak memiliki akses terhadap sebuah bentuk identitas yang legal, seperti Surat Kependudukan, atau dokumen identitas sah lainnya.
Di Indonesia sendiri, menurut Kemendagri, sampai pada akhir tahun 2020, ada sebanyak 1.745.964 jiwa belum melakukan perekaman KTP-el. KTP, seperti yang kita tahu adalah dokumen identitas legal yang wajib dimiliki warga negara Indonesia saat berumur 17 Tahun. Kenapa di seluruh dunia, dokumen identitas menjadi isu yang sangat penting sampai menjadi sebuah kewajiban?
Untuk menjawab hal ini, kita perlu kembali ke pengertian mengenai identitas itu sendiri.
Pengertian Identitas
Identitas adalah refleksi diri seseorang yang mendefinisikan bagaimana Ia berbeda dalam berperilaku dan bersikap. Identitas merupakan karakteristik unik yang membedakan orang yang satu dengan yang lain. Tidak ada satu orang pun yang memiliki identitas yang sama, bahkan kembar identik sekali pun, memiliki perbedaan identitas.
Karakteristik unik yang dimiliki setiap orang ini menjadi kumpulan informasi yang membedakan dan mengidentifikasikan setiap orang. Informasi tersebut bisa kita kategorikan menjadi beberapa dimensi menurut IBM yang dilansir oleh BBVA. Dimensi dari Identitas kita adalah sebagai berikut :
1. Diri kita sebagai individu (Identitas)
Kumpulan ciri-ciri unik yang merujuk pada sebuah individu. Dengan kata lain, sang pemilik informasi identifikasi pribadi.
2. Bagaimana representasi kita (Perwakilan identitas)
Instrumen fisik atau digital yang ditetapkan oleh lembaga penyedia. Contohnya KTP yang dikeluarkan oleh Kemendagri, atau SIM yang dikeluarkan oleh kepolisian.
3. Cara kita berinteraksi (Interaksi Identitas)
Bagaimana kita menggunakan identitas dalam situasi-situasi tertentu. Seperti saat kita melakukan pembayaran, berpartisipasi dalam sebuah forum, masuk ke dalam sebuah fasilitas umum, dan lainnya.
Ketiga dimensi ini memperlihatkan betapa luasnya jangkauan informasi pribadi yang bisa diasosiasikan sebagai identitas seseorang. Terlebih lagi jika kita benar-benar mempertimbangkan interaksi identitas seseorang yang sangat bergantung pada situasi dari interaksi yang terjadi. Dan ada jutaan interaksi yang kita lakukan setiap tahunnya, bukan?
Semua interaksi yang kita lakukan merupakan wujud nyata dari kebutuhan manusia akan bantuan orang lain. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut, kita tidak bisa sembarangan memilih dengan siapa kita berinteraksi. Jika berinteraksi dengan pihak yang salah, alih-alih memperoleh bantuan, bisa jadi kita malah mendapatkan kerugian bahkan mungkin masalah baru. Interaksi sangat bergantung pada kepercayaan yang diberikan oleh semua pihak. Tidak hanya satu, tapi semua.
Di sinilah alasan kenapa identitas menjadi suatu hal yang penting dan krusial. Identitas yang telah divalidasi dan diverifikasi mengurangi kekhawatiran kita akan adanya penipuan, inisiasi tindakan kriminal, sampai penyalahgunaan hak saat berinteraksi. Identitas menjadi sebuah jembatan yang menumbuhkan rasa saling percaya dan akhirnya membuka kesempatan pada banyak interaksi antar individu.
Dalam wujud fisik, identitas sering diasosikan dengan dokumen dari institusi yang menyediakannya, seperti KTP, SIM, Passport, dan sebagainya. Namun pada dunia digital, identitas seringkali merupakan akses kita pada sebuah platform seperti akun digital dengan username dan password.
Fakta ini memunculkan sebuah pertanyaan penting, mana identitas yang sesungguhnya dapat merepresentasikan kita sebagai individu?
Apa itu Identitas Digital?
Versi digital dari identitas fisik seseorang, mungkin adalah hal pertama yang terlintas di benak kita saat mendengar kata identitas digital. Namun pengertian identitas digital ternyata tidak sesederhana itu. Mengutip riset dari BBVA, ada beberapa definisi identitas digital yang signifikan:
- Menurut The International Telecommunication Union (ITU), identitas digital adalah “representasi sebuah entitas dalam bentuk lebih dari satu atribut yang membuat entitas tersebut dapat dibedakan dalam sebuah konteks.”
- Menurut The International Organisation for Standardisation (ISO), identitas digital adalah “benda di dalam atau di luar sebuah informasi dan sistem teknologi komunikasi, seperti seorang individu, sebuah organisasi, sebuah nakas, sebuah subsistem, atau sebuah grup, yang memberikan perbedaan yang dapat dikenali.”
- The World Economic Forum mendefinisikan identitas digital sebagai “koleksi atribut-atribut individual yang mendeskripsikan sebuah entitas dan menentukan transaksi apa saja yang dapat diikutsertakan oleh entitas tersebut.”
Identitas Digital merupakan versi digital dari dokumen identitas fisik dan juga sebuah kualifikasi seseorang untuk mengakses layanan online. Tujuan utama dari identitas digital adalah menanamkan level keyakinan dan kepercayaan yang sama seperti pada transaksi atau interaksi fisik tatap muka.
Di era digital ini, transaksi digital bukanlah sesuatu yang dapat kita hindari. Malahan, transaksi digital adalah interaksi yang digalakan penggunaanya, terlebih lagi dengan adanya tuntutan pembatasan interaksi sosial.
Semua interaksi memerlukan dasar kepercayaan bersama dari setiap pihak. Di sinilah muncul pentingnya peran identitas digital yang dapat memberikan kepastian validasi dan autentikasi dari identitas seseorang atau sebuah entitas.
Cara Identitas Digital Membangun Kepercayaan
Identitas digital tervalidasi tidak dapat diterbitkan oleh sembarang lembaga. Di Indonesia, hanya lembaga yang tersertifikasi sebagai Penyelenggara Sertifikat Elektronik (PSrE) yang dapat mengeluarkan sertifikat digital seseorang. Sertifikat digital ini diterbitkan melalui serangkaian proses yang dapat memastikan validasi seorang individu. Lalu, identitas digital seseorang merupakan sertifikat digital dan autentikasi individu tersebut untuk bertransaksi.
Di Indonesia, PSrE seperti Privy, akan melakukan validasi individu dengan memeriksa kesamaan data KTP dan liveness (tes swafoto untuk membuktikan apakah seseorang adalah makhluk hidup) seseorang dengan data KTP pada database Dirjen Dukcapil sebagai identitas wajib penduduk Indonesia. Jika validasi berhasil dilakukan, maka Privy akan mengeluarkan sertifikat digital orang tersebut.
Autentikasi individu dengan identitasnya dapat dilakukan setiap interaksi akan terjadi dengan mengirimkan OTP lewat SMS ke nomor handphone terdaftar, sampai kepada melakukan biometrik sidik jari dan pengenalan wajah. Autentikasi akan memastikan bahwa benar individu yang berinteraksi adalah individu yang memiliki identitas dan sertifikat digital yang bersangkutan.
Keberadaan proses validasi dan autentikasi dari identitas digital mampu memastikan kita berinteraksi dengan individu yang benar. Ini dapat meminimalisir kemungkinan penipuan dan meningkatkan keamanan interaksi online. Identitas digital merupakan kunci terbangunnya kepercayaan berinteraksi online.
Kegunaan identitas digital
Kepercayaan bersama yang diberikan oleh identitas digital membuka banyak kemungkinan interaksi online, seperti:
1. Kemudahan akuisisi pengguna
Akuisisi pengguna dapat lebih mudah dan aman dilakukan dengan penggunaan identitas digital. Seseorang dengan identitas digital tidak perlu mengisikan data diri berulang kali setiap mendaftarkan diri pada lembaga tertentu. Baik online (tidak bertemu fisik) ataupun on-site (di tempat), identitas digital dapat berbagi data identitas secara otomatis kepada sistem lembaga tersebut. Tentu saja semua dilakukan setelah adanya persetujuan pengguna. Pendaftaran pun jadi lebih mudah, cepat, aman, dan efektif.
Di samping itu, jika ditanya di mana saja data pribadi kita sudah pernah kita berikan untuk mendaftar, rasanya sedikit orang yang bisa menjawab dengan lengkap dan benar. Dengan identitas digital, pengguna dapat memantau kapan dan di mana saja Ia pernah berbagi data. Ini dapat membantu kita mengamankan privasi data pribadi kita saat mengetahui ada kasus pencurian data pada platform tertentu.
2. Kemudahan log in
Ada berapa banyak kumpulan username dan password yang kita miliki sekarang? Seringkali kita bahkan lupa username dan password mana yang kita gunakan pada platform tertentu saking banyaknya kombinasi yang kita gunakan.
Login dengan identitas digital memberikan pengalaman yang sangat berbeda. Dengan satu username identitas digital sebagai identitas pengguna, kita bisa masuk ke berbagai platform. Password yang bertujuan sebagai bentuk autentikasi dapat digantikan dengan biometrik sidik jari atau pengenalan wajah. Satu identitas untuk semua. Tidak perlu lagi kita menyimpan daftar panjang username dan password mana yang kita gunakan dan pada platform online yang mana.
3. Pengajuan kartu kredit online
Sampai saat ini, identitas digital yang disediakan oleh Privy sudah mampu membantu bank untuk memberikan persetujuan pembukaan akun kartu kredit secara online. Validasi dan autentikasi individu secara fisik yang merupakan proses paling penting dari pembukaan kartu kredit sudah bisa digantikan dengan validasi dan autentikasi yang disediakan oleh identitas digital Privy.
5 tahun yang lalu, hal ini masih menjadi sebuah angan-angan. Sekarang, sudah ribuan akun kartu kredit disetujui secara online. Hal ini pun berkontribusi membantu akselerasi inklusi keungan di negara kita. Jika pengajuan kartu kredit saja sudah bisa online, bayangkan interaksi lain apa saja yang jauh lebih sederhana yang bisa dijembatani oleh Identitas Digital.
Masih banyak lagi interaksi yang kini bisa dilakukan lebih mudah dan aman secara online dengan menggunakan identitas digital. Identitas digital dapat digunakan sebagai representatif identitas seseorang, juga autentikasi individu pengguna identitas tersebut, baik saat berinteraksi dengan sistem online, maupun tatap muka langsung. Di era saat interaksi terbagi antara digital dan fisik, identitas digital dapat memberikan kepastian koneksi dengan membangun rasa saling percaya di mana pun dan kapan pun.