Perkembangan teknologi membuat aktivitas manusia menjadi lebih efektif dan efisien. Proses yang panjang dibuat jadi singkat, bahkan memunculkan peluang baru. Para entrepreneur muda bangkit dan mengisi ceruk-ceruk pasar yang dahulu tidak dapat dipuaskan oleh pemainlama.
Melalui model bisnis inovatif dan dukungan teknologi, pasar yang baru pun tercipta. Dalam hal industri keuangan misalnya, Investree hadir memberikan peluang pinjaman peer to peerkepada para pelaku usaha kecil menengah (UKM). Perusahaan yang didirikan oleh Adrian Gunadi ini bergerak di ranah fintech (financial technology) yang mengelola proses pinjam-meminjam antar teman dan individu lainnya.
“Investree adalah marketplace, tempat bertemu peminjam dan yang memberi pinjaman. Krisis ekonomi yang tidak berkesudahan menjadi pemicu mengapa model bisnis ini dapat berkembang. Oleh sebab itu, muncullah konsep sharing economy sebagai solusi alternatifnya,” kata Adrian ketika menjadi narasumber di acara Entrepreneurshare Danamon 2017 di Jakarta, Kamis (7/12/17).
Peraih kategori Best Fintech pada Danamon Entrepreneur Awards (DEA) 2017 ini pun menambahkan bahwa Investree tengah berfokus pada segmen UKM. Berdasarkan jumlahnya, segmen tersebut sangat besar dan terus berkembang dalam beberapa tahun terakhir.
Namun demikian, kesulitan terhadap akses pinjaman menjadi penghambatnya. Pengajuan pinjaman ke bank memerlukan beberapa syarat, salah satunya adalah agunan yang kerap kali tidak dapat dipenuhi para pelaku UKM. Oleh sebab itu, Investree hadir untuk memberikan akses tersebut melalui peer to peer landing.
“Kalau kita bermain di bisnis ini, faktor risiko jadi hal yang harus kita mitigasi, bukan dihindari. Kita cari cara bagaimana pembiayaan ini dapat berjalan dengan baik, disitulah teknologi mengambil peranan,” kata Adrian.
Pada prinsipnya, Investree sama dengan marketplace atau toko secara umum. Setiap orang memiliki hak untuk memilih, seperti mau pinjam ke siapa dan berapa besar. Untuk mengurangi risiko pula, pendanaan dilakukan oleh banyak orang, seperti konsep arisan.
Hingga saat ini, selama per bulan Investree telah menghasilkan Rp 60 miliar dana pinjaman dan sekitar 2.500 UKM yang dibiayai. Karena jumlah yang terus meningkat, OJK pun kini turun untuk mengawasi jalannya peer to peer landing.
Selain Investree, pemenang kategori Most Promising Fintech DEA 2017 pun tak kalah unik dan inovatif. PrivyID, perusahaan yang didirikan oleh Marshall Pribadi ini melihat celah dalam perkembangan dunia digital, khususnya pada identitas digital.
Marshall dalam acara Entrepreneurshare DEA 2017 mengatakan bahwa edukasi ke masyarakat terhadap tanda tangan digital ini menjadi tantangan terbesarnya. Banyak masyarakat belum paham akan bahaya dari pemalsuan identitas di era digital. Mereka tidak mengerti mengenai perbedaan handwriting yang ditulis secara digital dan tanda tangan digital yang memiliki enkripsi.
Selain itu pula, kesadaran akan masyarakat terhadap potensi kejahatan yang dilakukan melalui email pun masih sedikit. Padahal, email saat ini telah menjadi akar identitas kita di dunia maya. Hal itulah yang menjadi latar belakang dari lahirnya PrivyID.
“Kita harus punya DNA digital yang memiliki kekuataan hukum untuk melindungi data pribadi dan aktivitas transaksi digital yang kita lakukan. Oleh sebab itu, PrivyID hadir untuk memberikan layanan identitas digital tunggal dan universal yang telah terintegrasi ke berbagai lembaga keuangan, baik bank ataupun non-bank,” kata Marshall.
Berkat teknologi KYC (Know Your Customer) yang dimiliki, PrivyID menjadi satu-satunya penyelenggara tanda tangan elektronik yang terdaftar pada Kementerian Komunikasi dan Informatika. Teknologi tersebut telah menggunakan Public Key Infrastructure untuk menerbitkan pasangan kunci pengguna dan kunci publik, juga sertifikat elektronik bagi tiap penggunanya.
Walaupun baru berdiri pada tahun 2016 kemarin, Marshall mengatakan bahwa saat ini PrivyID telah menangani 500.000 pengguna pada September 2017. Klien-kliennya banyak berasal dari perusahaan besar seperti telekomunikasi, multifinance, serta beberapa pusat perbelanjaan.
Untuk mengapresiasi gebrakan yang dibuat oleh Adrian dan Marshall terhadap dunia entrepreneur di Indonesia, Danamon pun memberi penghargaan dan sejumlah uang tunai sebesar masing-masing Rp 40 juta. Acara yang sudah dijalankan selama 11 kali tersebut adalah bukti kepedulian Danamon terhadap perkembangan usaha dan ekonomi di Indonesia.
Danamon Entrepreneur Awards 2017 ini diharapkan dapat terus memacu semangat sekaligus memberi inspirasi para entrepreneur di tanah air.
media : kompas.com