Asosiasi FinTech Indonesia (AFTECH) bersama Privy bekerjasama menyelenggarakan Expert Lab dengan judul “Trust But Verify: The Benefits of Digital Identity Verification on Digital Financial Services” sebagai bagian dari Bulan FinTech Nasional pada Kamis, 24 November 2022.
Acara ini dihadiri Mochammad Rizki Sulistio selaku VP of Solution Architect dari Privy, Firlie Ganinduto, Wakil Sekretaris Jenderal II AFTECH, Martha Simbolon, Koordinator Tata Kelola Sertifikasi Elektronik, Dirjen Aplikasi Informatika, Kemenkominfo, Kaspar Situmorang, Division Head of Digital Banking Development and Operation Division Bank Rakyat Indonesia (BRI), serta Muhammad Gibran, Economic and Business Anchor dari CNBC sebagai moderator.
Identitas adalah ciri khusus yang melekat pada suatu kelompok atau individu.
Salah satu contoh identitas yang ada di Indonesia adalah Kartu Tanda Penduduk (KTP). Seiring dengan berkembangnya zaman, khususnya dengan transformasi digital, identitas mengalami peralihan dari fisik ke digital.
Manfaat Identitas Digital
Transformasi digital identitas memberikan manfaat kepada kegiatan sehari-hari masyarakat, khususnya di bagian jasa keuangan.
Manfaat Identitas Digital di antaranya adalah membuat proses validasi dan identifikasi menjadi lebih singkat, mencegah adanya duplikasi akun, serta mudah melacak individu yang melakukan aktivitas ilegal.
Selain itu, peralihan ke digitalisasi ini membantu proses bisnis untuk menumbuhkan digital trust yang dapat mendorong pengembangan ekonomi digital.
Untuk mendukung digital trust yang efisien, verifikasi identitas digital juga berperan penting dalam meningkatkan konversi konsumen dalam bertransaksi.
Verifikasi Identitas Digital dan PSrE: Identitas Terpercaya untuk Masa Depan
Jumlah pengguna internet, lamanya durasi akses guna, serta dominasi penggunaan mobile device mengalami kenaikan dari tahun ke tahun.
Hal ini menjadi bukti adanya perubahan budaya masyarakat Indonesia yang lebih condong untuk mengadopsi mobile first. Dengan ini, aktivitas kita sehari-hari banyak terjadi secara online atau digital.
Banyaknya identitas yang digunakan saat ini menjadi salah satu concern atau masalah yang kita hadapi. Banyak celah untuk melakukan penipuan dan aktivitas kriminal lainnya, contohnya seperti 20 kasus pelanggaran data pribadi yang terjadi pada tahun 2021.
Seiring berkembangnya aktivitas online, kehadiran identitas digital semakin tertanam dalam rutinitas masyarakat.
Dalam kegiatan online, khususnya dalam kegiatan yang mengharuskan pengguna untuk memberikan data dan informasi tentang diri, pengguna harus melalui proses autentikasi atau verifikasi identitas digital yang memberikan kepercayaan kepada orang lain tentang kebenaran diri kita saat berinteraksi menggunakan layanan yang tersedia (World Economic Forum, 2020).
Pada tahun 2018 tercatat ada 92 akun dan angka ini akan mengalami kenaikan sebanyak 200 akun pada tahun 2020. Kondisi ini dapat meningkatkan potensi fraud dan ancaman terhadap perlindungan data pribadi.
Terdapat beberapa studi kasus pada sektor yang berbeda di berbagai negara tentang manfaat menggunakan Identitas Digital. Contohnya di India, penggunaan Aadhar digunakan untuk verifikasi Know Your Customer (KYC) dan dilaporkan dapat menghemat biaya sekita 0,070 USD per pelanggan.
Penggunaan Identitas Digital di Amerika dapat menghemat biaya berbagi rekam medis sekitar 130 miliar USD. Sedangkan, di Kanada sendiri adanya proses otentikasi dan validasi ‘identitas elektronik’ semacam ini dapat menyelamatkan Kanada dari kerugian sebesar 482 juta CAD.
Baca juga: Event-event Privy lainnya
Identitas Digital di Indonesia
Identitas Digital adalah informasi elektronik yang memuat identitas unik dari suatu subjek hukum yang pemanfaatannya berada di bawah penguasaan dari subjek hukum yang terasosiasi dengan identitas tersebut. (PM Kominfo 3/2021)
Dukungan Kementerian Kominfo bagi Pengembangan Identitas Digital di Indonesia
- Kerangka regulasi: kerangka regulasi yang sudah berjalan saat ini meliputi UU ITE, UU PDP, PP 71/2019, dan PM Kominfo 11/2022 dan PM 3/2021
- Membangun infrastruktur teknologi yang berfokus pada digital trust
- Penguatan SDM Digital
Penerapan e-KYC di Industri Perbankan
Salah satu contoh studi kasus suksesnya penerapan KYC elektronik atau e-KYC serta tanda tangan digital di dunia otomotif adalah Tesla.
Proses pembelian mobil yang lebih seamless di antara perusahaan otomotif lainnya, membuatnya lebih unggul dalam kapitalisasi pasar per Oktober 2021.
Perubahan perilaku konsumen yang lebih digital telah mendisrupsi cara kita untuk menggunakan jasa bank. Kolaborasi antara pemain yang native digital dan bank menimbulkan disrupsi baru yang kemudian menjadi bank digital.
Di Indonesia sendiri, para pemain native digital ini sekarang sudah memiliki bank dan mengakselerasi proses penciptaan rekening serta pinjamannya yang berbasis e-KYC. Indonesia juga memiliki bank digital yang paling banyak dan paling sehat.
Terdapat tiga jenis bank yang ada di Indonesia, seperti Hybrid bank, Sharia bank, dan Digital bank tumbuh secara signifikan dengan bantuan dari KYC digital ini sehingga menciptakan keunggulan baru dalam pertumbuhan dan profitabilitasnya.
Studi kasus lainnya di Indonesia sendiri metode paylater yang biasa disebut “kasbon” mengalami perubahan dengan adanya e-KYC. Adanya verifikasi secara digital dan tanda tangan digital dana dapat langsung cair dalam waktu kurang dari 5 menit.
Privy dan BRI sejak 2019 telah berkolaborasi secara intensif untuk menciptakan keunggulan pada saat pembukaan tabungan, pinjaman yang bisa hanya dalam beberapa menit saja dapat membuka rekening dan pinjaman tersebut.
Mengapa Bank Perlu Meningkatkan KYC?
Di tengah era digital, retensi konsumen adalah hal yang esensial.
Retensi konsumen adalah salah satu hal yang mendorong profitabilitas bagi industri perbankan. Di sinilah KYC ikut mencipatakan ekosistem pembukaan tabungan serta pinjaman yang lebih mudah, hal tersebut akan memberikan dampak baik terhadap peningkatan retensi sehingga kepuasan pelanggan bertumbuh.
Industri perbankan juga tidak asing dengan istilah seperti customer due diligence, yaitu sebuah kegiatan yang memasukkan identifikasi, verifikasi, serta pemantauan yang dilakukan bank untuk memastikan bahwa transaksi yang dilakukan sesuai dengan profil nasabah (Peraturan Bank Indonesia Nomor 11/28/PBI/2009).
Dengan meningkatkan e-KYC, bank tidak hanya memudahkan proses autentikasi, tetapi juga mendorong kegiatan customer due diligence menjadi lebih baik, tanda tangan digital yang cepat, serta consumer consent yang terjaga secara lebih optimal.
Contoh KYC & Customer Due Diligence
Dalam melakukan onboarding sampai retensi pelanggan, penerapan 9 hal ini merupakan sebuah keharusan. Hal-hal tersebut di antaranya:
- Formulir online
- Government ID
- Selfie (liveness detection)
- Database Check
- Fraud Signals
- AML Screening
- Proof of Address
- Risk Pools
- Ongoing Monitoring
E-KYC Sebagai Solusi
Proses e-KYC meniadakan proses tatap muka langsung saat verifikasi calon pelanggan.
Dalam penerapannya, verifikasi diselesaikan secara online dan real time dengan otorisasi langsung dari pelanggannya.
Manfaat dari e-KYC:
- Hemat waktu dan biaya
- Meminimalkan terjadinya fraud dan maladministrasi
- Lebih akurat
Kekurangan dari e-KYC
- User tetap harus melakukan proses registrasi berulang
- Harus memiliki banyak kredensial
- Tidak user-centric
- Proses update data yang sulit ke masing-masing merchant ketika ada perubahan
Prinsip Identitas Digital di Indonesia
Beberapa prinsip dari Identitas Digital terbagi menjadi beberapa bagian sebagai berikut:
- Security : Memiliki perlindungan teknis terbaik dengan enkripsi
- Privacy : Kontrol langsung dari pengguna
- Compliance : Standar kebijakan ISO 27001
- Enforceability : Non-reputable, andal, dan transparan dengan jejak audit
- Availability : sistem harus selalu dapat diakses
- Openness : didukung oleh layanan kolaboratif dan memanfaatkan open API dan open gateway
- Scalability : sistem dapat melakukan peningkatan kapasitas tanpa memengaruhi kinerja
- Universal : bekerja dengan baik dan dapat diterima di berbagai industri.
Pandangan KOMINFO Akan Perkembangan Kebutuhan Identitas Digital
Identitas Digital saat ini adalah suatu keharusan yang baru. Identitas digital yang aman tidak hanya berlaku untuk kegiatan di media sosial, tetapi juga yang terkait dengan subjek hukum.
Kominfo mempersiapkan PSrE untuk memfasilitasi Identitas Digital tersebut. Tentunya, kolaborasi dan sinergi dari beberapa sektor untuk mempersiapkan hal tersebut adalah hal yang signifikan.
Penggunaan Identitas Digital di Indonesia Bagi Sektor Keuangan
Implementasi Identitas Digital ini bisa sangat luas cakupannya, bisa dari buka rekening, memasuki gedung, atau pendaftaran menjadi pasien ke rumah sakit. Seluruh data tersebut akan diproses melalui sebuah sistem, sehingga pengguna tidak perlu mengeluarkan kartu identitas seperti KTP ataupun fotocopy KTP yang dapat menjadi celah fraud.
Dengan Identitas Digital, data akan terkirim dari sistem ke sistem dan datanya pun sudah terverifikasi di awal sehingga tidak perlu ada verifikasi berulang-ulang di berbagai macam sistem atau platform yang lain.
Penerapan Verifikasi Identitas Digital bagi Customer Onboarding di BRI
Dampak implementasi transformasi digital melalui verifikasi identitas digital serta penggunaan identitas digital secara general menimbulkan peningkatan kepuasan pelanggan, hal ini disebabkan aplikasi yang reliable dan cepat.
Retensi pelanggan kemudian mempengaruhi profabilitas BRI. Tercatat di kuartal ke-3 2022, BRI memiliki profit yang terbesar di Indonesia. Salah satu faktor pendorongnya adalah kolaborasi yang intensif dari regulator PSrE ini.
Tidak hanya berdampak baik pada pelanggan, tetapi juga peningkatan kepuasan dan kemudahan pada pihak internal organisasi, terlebih ketika melalui wabah pandemi 2 tahun silam.
Manfaat Identitas Digital Bagi Jasa Keuangan
Proses onboarding pelanggan akan menjadi jauh lebih cepat. Tidak perlu mengisi data secara berulang, hal-hal seperti foto selfie, fotocopy KTP seharusnya sudah tidak diperlukan lagi.
Dalam dampaknya terhadap mitigasi risiko dan pelayanan, kehadiran Privy berfungsi untuk mengkonfirmasi bahwa yang meminta transmisi data tersebut adalah pemilik data yang sebenarnya.
Kedepannya, Privy juga akan mengembangkan cara-cara lain yang sama amannya dan lebih aman daripada yang sebelumnya.
Contohnya, pengguna harus memasukkan Privy ID, kemudian harus verifikasi wajah dari foto selfie saat melakukan onboarding ke jasa pelayanan keuangan dengan foto saat ketika mendaftar di Privy.